Sunday 16 August 2009

Spurs 2-1 Liverpool : Segera Bangkit




Ditengah polemik dimana pertandingan BPL akan disiarkan secara langsung oleh stasiun TV berbayar, tiba-tiba status seorang temen yang menyatakan bahwa 'Liverpool live di Megavision' jelas menjadi sebuah berita yang sangat ditunggu-tunggu. Meski tinggal satu jam pertandingan tersisa karena terlambat untuk beberapa urusan - tidak meluangkan waktu lebih dalam-, namun kehadiran Simerah didepan mata jelas sangat menggembirakan. Megavision adalah tv berbayar diBandung yang merely beberapa chanel dari Indovision, yang berarti Indovision menyiarkan langsung juga. Segera kabar baik ini disebar kepada temans di FB sehingga mereka bisa menyaksikan juga.

Dilapangan hijau, Liverpool gagal mengembangkan permainan terbaiknya. Beberapa kali dibombardir oleh Keane namun Reina berhasil mementahkan beberapa peluang emas. Duo Skrtel dan Carragher benar-benar diuji dipertandingan perdana ini. Carragher bahkan memakai perban dikepalanya karena bertabrakan dengan Sktrel. Meski Rafa tidak mengakui bahwa Liverpool kehilangan Alonso, namun peran Lucas sepertinya tidak bisa menggantikan nomor 14. Dia tidak bisa mengalirkan bola ke depan dan sering terlambat untuk menghambat pergerakan Palacios yang bebas mengobrak-abrik lini tengah Liverpool.



Pertahanan Liverpool akhirnya jebol juga saat lewat tendangan voli keras yang layangkan usai tendangan bebas langsung gagal dimanfaatkan oleh Spurs dengan baik. Semula menyangka bahwa tendangan bebas itu tidak akan mengakibatkan apa-apa karena buruknya tendangan itu, namun eksekusi kedua mematikan sehingga Reina hanya bisa menepis angin. Liverpoolpun berusaha bangkit, namun hingga babak pertama usai, Liverpool tertinggal 0-1.

Harapan untuk mengejar ketinggalan dan menggagalkan kemenangan perdana Spurs di EPL dalam sembilan tahun terakhir, menjadi status semua orang di FB pada saat halftime. Rekans yang baru menyaksikan secara langsung pun antusias untuk melihat aksi Simerah dibabak kedua. Untuk bangkit Liverpool perlu lebih dari sekedar harapan.

Babak kedua, Liverpool mulai bangkit dan bisa meladeni Spurs yang didukung tuan rumah dan ingin menjadikan White Heart Line sebagai kuburan dalam tiga pertandingan terakhir. Hanya perlu sembilan menit dari masa jeda, Liverpool dapat menyamakan kedudukan dari titik penalti usai aksi solo Glen Johnson hanya bisa dijatuhkan oleh kiper Spurs. Namun kepanikan terus melanda, dan hanya tiga menit harapan itu tumbuh untuk kemudian pudar karena Liverpool gagal menghalau tendangan bebas tak langsung yang berhasil disundul Bassong untuk kedua kali merobek jala Reina. Kembali Liverpool membuat hati ini naik turun.

Liverpool berusaha mengejar ketertinggalan dengan memasukan Benayoun, Voronin untuk menambah daya gedor. Namun bukan disitu problema Liverpool, Liverpool sangat kesulitan untuk menahan laju ditengah dan mudah diobrak-abrik dari sisi kiri karena Insua terlambat kembali dan belum padunya kerjasama Masche dan Lucas ditengah.

Kepemimpinan wasit Phil Dowd yang buruk makin membuat Liverpool sulit mengejar pertandingan. Sedikitnya dua penalti tidak diberikannya saat bola menyentuh tangan dan Voronin dijatuhkan. Dia malah mengirim asisten Rafa, Sammy Lee menyaksikan sisa pertandingan dari kamar ganti usai memprotes dengan keras dua keputusan itu.



Liverpoolpun untuk sementara tertinggal tiga angka dari perburuan gelar dan pertandingan tengah pekan melawan Stoke City jelas harus dimanfaatkan dengan baik untuk kembali. Rafa harus segera mencari formula terbaik ditengah cederanya AA4.
Pertandingan langsung sendiri belum bisa dipastikan akan disiarkan karena polemik masih berjalan. Namun jika Indovision bisa memberikan angin segar maka perjalanan Liverpool untuk mengakhiri puasa selama 20 tahun akan diikuti bersama.

source : http://www.dailymail.co.uk/sport/football/article-1206894/Tottenham-2-Liverpool-1-Stitched-Harry-Rafa-gets-needle-Spurs-win.html

Wednesday 5 August 2009

The one and only Chavvy Alonso

"There was a real suspense surrounding my penalty - it was like something out of a Hitchcock movie!"
Xabi Alonso on the penalty he missed to bring Liverpool level, only to net the rebound in Istanbul




Dalam sepakbola profesional yang diliputi hukum penawaran dan permintaan, kepergian seorang pemain dalam bentuk transfer adalah hal yang sangat lumrah. Dengan dalih apapun, apakah itu trigernya dari dalam atau dari luar, seorang pemain akan melenggang untuk berganti kostum dan melanjutkan karirnya di stadion lain. Kejadian itu kini menimpa pada seorang Xavi Alonso, seorang pemain tengah Liverpool yang sangat dicintai Liverpudlian dengan kemampuan passingnya, sehingga berhasil membawa kembali Liverpool ke era 'pass and move' dan juga tendangan jarak jauhnya.

Dengan lolosnya dia dari medical check up maka berakhir pula kisah kasih selama lma tahun pemain dengan nomor punggung 14 itu di Liverpool. Dia melanjutkan karir di usia emasnya ke Real Madrid, klub yang nyaris membawanya lima tahun yang lalu dari Real Sociedad dengan transfer fee sekitar 30 juta pounds dan tambahan 5 juta pounds apabila dia bermain baik dan Real Madrid berprestasi. Dengan sejumlah uang itu, Rafa menempatkan dirinya dalam pemain termahal yang dijual Liverpool dan surplus sekitar 20 juta pounds dari pembeliannya dan bahkan lebih baik 12 juta pounds apabila tahun lalu dia jadi ke Juventus. Namun apalah artinya uang, seorang pemain tidak bisa dibeli.



Menilik perjalanan seorang Chavvy, begitu nama depannya seharusnya disebutkan, bukan Zaby seperti orang Inggris melafalkannya, maka kita melihat sebuah perjalanan seorang pass master yang terlahir dari keluarga sepakbola dimana Ayahnya,Periko adalah pemain Spanyol di Piala dunia 1982 dan Kakaknya-Mikel yang terpaut 18 bulan adalah pemain Bolton. Ketika setiap orang diSpanyol ingin menjadi striker keduanya berlatih untuk menjadi pemain tengah. Adalah Legenda Liverpool, John Toshack yang menjadi manajer baru Sociedad memanggil Alonso dari masa peminjamannya di Eibar pada bulan Januari 2001, untuk menjadikannya kapten di usia 19 tahun dan membantu Sociedad bertahan di La Liga usai setengan musim terjerembab diposisi bontot klasemen. Karir gemilang itu dia teruskan hingga timnas Spanyol memintanya untuk bermain di Pial Eropa tahun 2004, yang meyakinkan Rafa untuk membawanya ke Liverpool.



Selama lima tahun dia bermain dalam 21o pertandingan dan mencetak 19 gol, Alonso akan sangat dikenang oleh pecinta Liverpool. Debutnya berbuah manis dengan gelar Liga Champions saat Liverpool yang tertinggal 0-3 berhasil menyamakan kedudukan dimana gol ketiga terjadi dari rebound penalti yang diambil secara dingin olehnya. Dua gol lainnya adalah gol hole in one yang terjadi dari tendangan jarak jauh setengah lapang. Satu gol saat Liverpool menyingkirkan Luton 5-3 pada bulan January 2006 di Piala FA yang tahun itu dimenangkan Liverpool dan gol kegawang Newcastle pada bulan September 2006. Gol ke gawang Luton itu juga menyebabkan seseorang kaya mendadak saat taruhan
125-1 dipegang Adrian Hayward dimana Alonso berhasil mencetak gol setengah lapang. Sejak saat itu, setiap dia memengang bola maka di Anfield akan selalu berteriak 'shoot'. Hal sama yang dilakukan pendukung Liverpool saat dia bermain di Singapura.



Usai selama dua tahun pertama dia membawa Liverpool meraih gelar juara Liga Champions dan Piala FA, tahun ketiga dia juga jalani dengan baik dalam 51 pertandingan. Namun di tahun keempatnya dia berada dalam titik bawah saat hanya bermain dalam 27 pertandingan karena cedera dan pola Liverpool yang kurang mendukungnya. Akhir musim itu juga yang menjadikan dirinya sempat akan dijual ke Juventus agar Liverpool dapat memboyong Gareth Barry dari Aston Villa. Namun Barry tak kunjung datang dan Alonso menampilkan dirinya dalam sebuah performa luar biasa dalam 47 pertandingan musim 2008. Musim dimana dia tampil sebagai pemain profesional sejati tanpa ada perbincangan dengan Rafa. Konflik inilah yang menjadikan dirinya ingin hengkang dari Liverpool meskipun Rafa sangat ingin menahannya hingga menyelesaikan kontrak tiga tahun mendatang.


Madrid yang terlambat lima tahun, menyambut gayung yang dibuat Alonso dengan memintanya dimasukan dalam transfer list. Perundingan alot dengan mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan Liverpool kepada Sociedad apabila dia dijual ke sesama tim Spanyol sebelum 19 Juli 2009, menjadikannya saga transfer. Meski dia ikut dalam pertandingan persahabatan Liverpool ke Asia dan melawan Espanyol namun hatinya sudah tidak di Anfield. Rafa dengan peran lebihnya sekarang tentu tak ingin Liverpool kehilangan asetnya dengan harga yang murah. Liverpool tak mau kejadian Macca dan Dudek yang free transfer dan Owen yang dilepas hanya dengan 8,5 juta pounds terjadi pada Alonso. Sebuah harga yang pantas yang menjadikannya sebagai pemain termahal agar Liverpool dapat mencari penggantinya yang sepadan. Bye Alonso. Wish you luck in Madrid.

"I don't remember a former youth team player causing such an impact at the club. Everyone seems to play better when he is on the pitch and there is no doubt that he is going to be a very important player for Real Sociedad."
John Toshack was Real Sociedad's coach when Alonso made his Sociedad debut

source :http://www.lfchistory.net

Saturday 1 August 2009

My first honey moon with Liverpool

Melihat langsung pertandingan Liverpool adalah cita-cita yang selalu ada dalam benak semua Liverpudlian. Menyambangi Anfield, berdiri di the Kop, menyanyikan You'll never walk alone sambil berada dibawah banner besar yang dialirkan disemua sudut the Kop, sungguh menjadi impian dalam hidup. Ketika kesempatan untuk terjadi dalam bentuk lain, dimana Liverpool melakukan tour ke Singapura dalam rangkaian tour ' The Kop comes to Asia', kesempatan itu tak disia-siakan. Harus hadir dan berada di Stadion Nasional Singapura. Dengan keuntungan sebagai anggota BigReds maka tiket seharga $ 88 didapatkan dengan mudah, pesawat AirAsia dibooked dan apartemen disekitar Orchad dipesan.


Sabtu pagi, 25 Juli 2009, pukul 4 pagi, taksi Blue Bird sudah menjemput untuk mengantarkan ke bandara dengan transit di Karet untuk menjemput Ivan. Sedikit insiden karena melupakan pesan sakral 'malu bertanya sesat di bandara' terjadi saat taksi yang seharusnya mengantarkan ke terminal 2 malah sampai ke terminal 3 Cengkareng. Dengan berpindah taksi dan memberi tip goceng pada satpam, tibalah diterminal 2. Check in dan pemeriksaan bebas fiskal dengan npwp dilakukan. Semuanya berjalan dengan baik hingga pesawat Air Asia terbang mengarungi angkasa menuju Changi. Sedikit rasa sakit ditelinga ketika ketinggian berubah saat pesawat mau mendarat.

Sampai di Changi dengan suasana yang cerah dan perasaan berbunga-bunga membawa insiden yang lain ketika gerbang pemeriksaan terlewat sehingga harus berbalik arah. Untungnya pemeriksaan tidak terlalu lama karena atribut Liverpool mudah dikenali sehingga tujuan kedatangan ke negeri Jiran itu terlihat jelas.


Hari pertama diisi dengan jalan-jalan sekitar Orchard yang menjadi landmark Singapura. Sebuah jalan yang berisi trotoar lebar untuk pejalan kaki dengan mall-mall besar tempat orang Indonesia menghabiskan uangnya untuk belanja. Yang menarik adalah tingkat kedisiplinan yang tinggi sehingga terlihat sangat tertib. Bosan di Orchard, perjalanan diteruskan ke Marina Bay tempat patung Merlion berada sambil menikmati petualangan naik perahu setelah mencari merchandise disekitar Peninsula. Pengalaman river cruise itu terlambat beberapa jam karena sebelumnya para pemain Liverpool melakukan hal yang sama disini. Hari pertama ditutup dengan makan malam ditempat yang sangat penuh sehingga harus mengantri untuk mencari tempat duduk.


Hari itu akhirnya datang juga, setelah diisi dengan perjalanan mencari Hardrock dan jalan sekitaran Orchard, maka perjalanan menuju National stadion Singapure dilakukan. Dengan menggunakan taksi yang supirnya mengenakan baju mu yang mengingatkan kemenangan Liverpool 4-1 karena kita berempat didalamnya. Dengan memakan waktu 15 menit sampailah kita stadion itu, hanya saja kita tiba disisi barat sehingga harus memutar ke sisi timur dari stadion itu.

Suasana yang cenderung sepi karena pertandingan masih sekitar 5 jaman lagi dan juga tidak ada satupun pedagang musiman yang menjual motornya untuk berdagang serba-serbi Liverpool atau event ini. Bayangan yang berbeda sekali apabila pertandingan ini dilangsungkan di Senayan. Berkat seorang teman dari Kalimantan yang ditemui di Peninsula kemarin, kita mendapatkan antrian yang cukup dekat sehingga waktu dibuka pintu gerbangnya dengan mudah kita mencari tempat duduk yang strategis agar beberapa teman yang belum datang bisa dengan mudah menemukan lokasi.


Sambil menunggu pertandingan dimulai, beberapa insiden terjadi saat penyusup yang menggunakan baju mu harus digiring keluar karena tribun the Kop tidak layak untuk mereka. Mereka diperkenankan untuk tinggal jika bersedia menanggalkan baju itu. Tribun yang beberapa saat sebelumnya hanyalah kayu dan batu bisu berubah menjadi merah. Suasana inilah yang tidak didapatkan ketika menonton dirumah.

Beberapa persiapan dilakukan dengan latihan menyanyikan lagu-lagu Liverpool. Sepertinya pecinta Liverpool diSingapura kalah suara apabila dibandingkan dengan pendukung Liverpool dari Indonesia. Sepertinya tipikal orang Singapura yang cenderung konservatif, jaim dan pendiam terbawa kedalam stadion. Sangat berbeda dengan orang Indonesia yang responsif dan menggelegar.


Kegaduhan mulai terasa dan makin meriah saat bis yang membawa pemain Liverpool memasuki stadion, pemeriksaan lapangan, hingga para pemain Liverpool melakukan pemanasan. Sambil mencubit diri sendiri, meyakinkan bahwa ini bukanlah mimpi dan mata yang berkaca-kaca untuk memastikan bahwa yang ada didepan adalah para pemain Liverpool yang sebelumnya hanya bisa dilihat dilayar kaca, monitor laptop, atau photo di surat kabar. Dan ketika lagu kebangsaan Liverpool dinyanyikan, serentak semuanya ikut bernyanyi : You'll never walk alone. Persis, rasanya kita tidak berjalan sendirian karena semuanya memakai baju yang beridentitas Liverpool.


Jam 7:10 waktu setempat pertandingan persahabatan Internasional antara Liverpool dan timnas Singapura dilangsungkan dengan Singapura memegang bola terlebih dahulu. Liverpool menurunkan Cavalieri, San Jose Dominguez, Carragher, Agger, Degen, Babel, Mascherano, Leiva, Benayoun, Voronin, Ngog. Babak pertama berjalan lambat, Liverpool belum menemukan cara untuk menembus pertahanan Singapura yang bermain lugas dengan sesekali melakukan serangan balik. Jika biasanya mata ini diarahkan oleh kamera untuk melihat jalannya pertandingan maka pertandingan kali ini mata inilah yang menentukan kemana untuk diarahkan. Suasana meriah dengan mexican wave setiap saat.
Gol pertama tercipta menit 45, saat tendangan keras Voronin dari luar kontak penalti berbalik arah karena menyentuh pemain belakang. Babak pertama berakhir dengan keunggulan Liverpool 1-0.

Babak kedua dimulai dengan beberapa pergantian pemain, namun pemain yang ditunggu-tunggu, Torres dan Alonso belum juga dikeluarkan. Gerrard tidak hadir karena harus istirahat pasca pengadilan yang memustkan dirinya tidak bersalah. Rieara yang masuk menggantikan Babbel mencetak gol kedua dengan voli kaki kiri usai menerima umpan dari Mascherano. Sebuah gol indah menit 54 yang tidak ada replaynya saat itu.


Setelah satu jam pertandingan, Torres dan Kuyt akhirnya dimasukan Rafa untuk memuaskan dahaganya para pecinta Liverpool. Suasana menjadi sangat meriah dengan kehadiran bintang itu dilapangan. OMG, Torres ada dihadapan. Penampilan dia dapat dikenali dari posisi dan juga gerakannya. Kehadirannya langsung membawa bencana bagi budi-budi Singapura yang beruntung bermain bersamanya. Dengan satu sentuhan sebuah tendangan kerasnya membuahkan tendang penjuru.

Gol ke tiga tercipta dari Krisztian Nemeth saat Kuyt dengan determinasinya dapat mencuri bola dari sisi kanan untuk mengirimkan assist kepada pemain muda itu. Proses yang sama dilakukan untuk terciptnya gol ke empat dari kaki El Nino dan gol ke lima dari sundulan Krisztian Nemeth. Liverpoolpun unggul telak 5-0, sebuah hasil maksimal usai Liverpool gagal menang dalam pertandingan sebelumnya. Sebuah pengalaman luar biasa menyaksikan langsung pertandingan Liverpool meski masih berupa pertandingan persahabatan, sehingga tensi pertandingan masih rendah dan atraksi permainan masih biasa. Tekad bulatpun dicanangkan, harus pergi ke Anfield untuk menyaksikan langsung lengkap dengan sang kapten SG8.



Pulang ke apartment dengan menggunakan MRT dengan berjalan kaki dari stadion. Karena beberapa tidak mempunyai karcis maka insiden karcis pun terjadi saat akan masuk. Untungnya semua bisa terangkut dan perjalanan menuju tempat istirahatpun bisa berjalan dengan baik.



Hari ketiga diisi dengan persiapan pulang dengan mencari buah tangan untuk kerabat dan keluarga yang ditinggalkan. Pencarian itu masih berlangsung di Changi saat beberapa barang yang dipesan belum diketemukan. Saat semuanya lengkap dan waktu penerbangan tiba penerbangan pulangpun dijalani dengan suasana tenang. Sebuah perjalanan batin yang sangat menyenangkan. See you soon at Anfield.