Saturday 28 February 2009

Keraguan di Riverside

Pertandingan ke dua puluh tujuh bagi Liverpool musim ini di Riverside seperti diselubungi dua awan yang bertolak belakang. Awan kebahagian usai menaklukan Madrid di Bernabue dikelilingi beberapa awan mendung disekitar Anfield.



Mendung pertama berasal dari pernyataan akan mengundurkan dirinya CEO, Rick Parry di akhir musim ini. Sebuah lanjutan dari kekisruhan management Liverpool usai SiMerah dimiliki dua orang Amerika, yang sampai hari ini tidak membawah perubahan yang baik. Selain tidak ada kejelasan akan dibuatnya stadion baru, mereka malah berpikiran untuk menjual Liverpool. Meski Raffa menyatakan bahwa dia tidak ada hubungan dengan kenyataan ini, namun kontrak barunya sebagai manajer yang belum juga ditanda tanganinya, menginginkan kendali penuh atas transfer yang selama ini dipegang Parry.

Awan kelabu yang lain adalah cedera engkelnya Torres yang dia dapatkan saat bermain di Liga Champions. Musim ini bukan musim yang baik baginya setelah berkali-kali menghilang dari skuad akibat cedera hamstring, kini Torres harus kembali istirahat. Dengan dijualnya Keane, harapan untuk mencetak gol kini bertumpu pada Kuyt. Ngog dan Babbel sepertinya bukan pilihan yang baik karena keduanya belum memberikan performa yang luar biasa. Gerrard mungkin sudah bisa bermain, namun karena belum pulih secara penuh, sulit baginya untuk bermain sejak kick off. Cedera juga dialami Arbeola sehingga Hyypia atau Agger akan mengisi tempat Carragher yang dipindahkan Raffa ke sisi kanan untuk menghadang aksi sayap kiri Boro, Stewart Downing yang sering merepotkan dengan daya jelajahnya.

Pertandingan yang juga bisa disaksikan di TV tidak berbayar pada pukul 10 malam ini, selain di Aora tentunya, diliputi keraguan yang lain apabila kita melihat catatan sejarah. Liverpool tidak pernah menang 5 tahun terakhir disana. Boro sepertinya menjadi kuburan bagi Liverpool dengan perlawanan sengitnya. Terakhir Liverpool meraih angka penuh terjadi 16 Maret 2002, saat SiMerah menang 2-1 berkat gol Heskey dan Risse. Setelah itu, hanya raihan maksimal satu angka yang didulang dari Riverside. Semoga sejarah yang selama ini kurang bersahabat akan berbalik menjadi berkah seperti halnya yang terjadi pada MU dan Chelsea yang tidak pernah bisa dikalahkan di Liga sejak Raffa memegang kendali.

Agak sedikit bosan mendengar istilah 'the must win game' namun hasil diperoleh tidak seperti seharusnya karena membuat beban mental bagi pemain Liverpool. SiMerah memang tertinggal tujuh point dari MU yang tidak bermain di Liga minggu ini karena pertandingan final Piala Carling sehingga menjadikan Liverpool tidak bermain lepas. Inginnya Liverpool bisa bermain dengan lepas dan tidak terpengaruh dengan point dan keadaan klasemen. Pass and Move harus selalu ditunjukan dengan baik.

Semoga semua awan hitam yang menyelubungi Anfield saat ini tidak terbawa ke Riverside dan Liverpool bisa bermain sebaik di Bernabue. Bertahan dengan disiplin dan memanfaatkan semua kesempatan yang ada, sekecil apapun.