Wednesday 27 February 2008

Liverpool vs InterMilan 2-0

Catatan pertandingan Liverpool vsInter Milan (2-0)Anfield,Selasa 19 February 2008.


That’s my Liverpool. Itu ungkapan yang paling pantas diberikan kepada Liverpool yang bangkit dari kubur usai terpuruk di Piala FA dengan menunjukan kepada dunia bagaimana mempermalukan juara Italia, Inter Milan. Liverpool sepertinya ditakdirkan untuk menguasai Eropa ketimbang menjadi juara di kejuaraan domestic di tangan Benitez. Liverpool menjadi dirinya sendiri dan tampil sempurna dalam pertandingan yang berkesudahan 2-0. Dengan penguasaan bola 69% dan 23 tendangan ke gawang serta keunggulana jumlah pemain, Liverpool seakan mengajari Inter Milan bagaimana bertahan yang baik.


Diawali dengan baik ketika Liverpool memutuskan untuk langsung menggebrak pertahanan Inter Milan sehingga pemain belakang mereka melakukan segala cara untuk menghentikan langkah Liverpool mendekati kotak penalti. Hasilnya setengah jam pertama, Inter Milan harus kehilangan Materazi yang dua kali kedapatan mengerjain Torres. Akibatnya bias ditebak Inter Milan menumpuk pemain dibelakang untuk mencover kekurangan satu pemain. Dengan pola Cattenacio khas Italia, Inter Milan bias lolos dari babak pertama. Liverpool bukan tanpa peluang manis dibabak itu, beberapa kali usaha pemainnya mentah karena kurangnya kesabaran dan kurangnya penyelesaian akhir.


Memasuki babak kedua, Liverpool kembali membombardir pertahanan Inter Milan, dengan memasukan Crouch dan Pennant untuk memberikan alternative penyerangan dari umpang lambung ke depan gawang sebagai tambahan serang menusuk ke jantung Inter Milan melalui kaki Torres. Hasilnya adalah Torres berhadapan dengan Julio Cruzz, satu lawan satu, yang berbuah tendangan penjuru usai sang kipper mementahkan tendangan Torres.
Pemain tengah dan bek sayap yang menyuplai bola ke depan seakan tidak lelah untuk terus mendukung penyerangan. Umpan satu dua antara Mascherino dan Finnan membuat pertahanan Inter Milan kalang kabut. Namun gol untuk Liverpool tak kunjung tiba.


Ketakutan akan rasa frustasi dalam diri pemain Liverpool seakan membayangi karena hal itu akan menjadi boomerang apabila Inter Milan mampu melakukan serangan balik cepat untuk meruntuhkan moral Liverpool. Wasit seakan menambah rasa gundah dengan tidak memberikan penalti ketika Viera menahan bola dengan tangan.


Ada satu klenik yang sepertinya berhubungan. Syal Liverpool selama ini disimpen diatas TV, sepertinya menghalangi usaha Liverpool untuk mencetak gol. Syal itu akhirnya dipindahkan dari tempat sebelumnya dan dipegang untuk direntangkan. Sepanjang syal itu ada disana, Liverpool kurang bermain optimal. Hahahah, Tentu saja itu hanya pandangan belaka seperti adanya martabak maka Liverpool menang.Ternyata Liverpool mampu menjunjukan dirinya dengan baik. Usaha keras dengan keyakinan penuh akan membuahkan hasil. Ketika Inter Milan mulai kelelahan dalam menahan semua serbuan Liverpool, umpang terukur Pennant dapat menjangkau Kuyt yang berdiri bebas ketika pemain belakang terpusat pada penjagaan atas Torres dan Crouch. Tendangan voli memantul tak bias ditahan Cruz. Gooooool. Anfield pun gemuruh dan teriakan keras sebagai pelampiasan kegembiraan keluar tanpa tertahan. Gol di lima menit menjelang pertandingan berakhir sepertinya menjadi pemicu untuk meraih hasil lebih banyak karena satu gol tidak cukup untuk dibawa ke San Siro.

Gerrard yang mulai menemukan posisinya dilapangan tengah, dapat menunjukan performa prima dengan menyumbangkan gol dari tendangan jarak jauh. 2-0. Hasil maksimal untuk perjuangan tanpa kenal lelah. Kalo mau Liverpool bisa menang. See you on San Siro...
Heri Suherman,

Liverpool vs Barnsley (1-2)

Catatan pertandingan Liverpool vsBarnsley (1-2)Anfield,Sabtu 16 February 2008.


Bagi orang yang mencintai Liverpool lebih dari segalanya sebuah kekalahan terasa sangat pahit. Hati terasa diiris dan perasaan dibuat tak menentu. Apapun yang terjadi disisi kehidupan yang lain tidak mungkin bisa menutupi rasa sakit itu. Hanya harapan bahwa pertandingan berikutnya akan berbuah manis yang dapat mengobati luka itu.


Ketika Liverpool dipertemukan dengan Barnsley di 16 besar piala FA, semua mengunggulkan Liverpool untuk menenuk lawannya dengan mudah. Terlebih dengan pertandingan yang dilangsungkan di Anfield. Hanya saja hati ini berkata lain, melihat penampilan Liverpool yang angin-anginn dan jadwal berikutnya yang sangat ketat. Rafa akan merotasi pemain, yang artinya menyimpan Gerrard untuk pertandingan melawan Inter Milan di Liga Champions dan Liverpool akan sangat kesulitan di kompetisi yang penuh dengan magis.


Bagi Barnsley, kesempatan bermain di Anfield di ajang piala FA adalah segalanya. Mereka akan berjuang sekuat tenaga dengan kemampuan 110 % karena pertandingan hanya ditentukan 90 menit. Satu keuntungan besar bagi mereka jika bisa membawa pertandingan itu ke kandang mereka apabila berakhir imbang.


Sebelum pertandingan dimulai, Macca dan Grobbelar- dua eks Liverpool yang menjadi komentator di StarSport memberikan prediksi bahwa Si Merah akan unggul 4-0 atau lebih. Mereka sangat yakin bahwa Liverpol akan dengan mudah melibas lawannya. Mereka lupa diri dan merendahkan Barnsley, yang sebagaimana Benitez menganggap bahwa Si Merah akan melaju mulus di ajang yang menjadi harapan terakhir berkiprah menawan di Liga Domestik usai terlempar dari PialaLiga dan berada diluar empat besar klasemen Liga Inggris.


Babak pertama Liverpool menutup pertandingan dengan gol Kuyt setelah berusaha selama setengah jam,memanfaatkan umpan Babbel dari sisi kiri lapangan. Gol yang terlihat mudah karena pertahanan rapat Barnsley terbuka lebar sehingga penampilan cemerlang kiper Barnsley Steele, yang berhasil mementahkan usaha para pemain Liverpool, tercoreng dengan gol Kuyt. Liverpool sepertinya akan keluar sebagai pemenang.


Barnsley yang memperlakukan Liverpool dengan baik, berusaha bertahan dengan menumpuk pemain dibelakang dan sesekali melakukan serangan balik untuk membuka celah memenangkan pertandingan. Liverpool menjadikan Barnsley sebagai sparing partner dalam berlatih menghadapi Inter Milan tiga hari kemudian. Namun tidak adanya Torres didepan dan Gerrard ditengah menjadikan semua usaha Liverpool menambah gol dibabak kedua terbuang percuma. Para pemain seperti kehilangan kecerdikan dan tidak bisa keluar dari kuatnya pertahanan Barnsley yang bisa menghadang semua tendangan para pemain Liverpool.


Bencana itu pun datang, ketika sebuah umpan lambung dari sisi kiri Liverpool yang seharusnya bisa ditahan Riise apabila dia melebarkan kakinya, tepat disundul Foster untuk membuat Itanjde hanya bisa menyentuh bola sebelum menggetarkan gawang. Sebuah usaha maksimal dari kiper yang cukup bermain baik meski hanya mendapat kesempatan bermain di Liga Domestik tingkat dua. Barnsley menyengat Anfield dan menjadikan Liverpool kehilangan mometum.


Hadirnya Gerrard untuk memberikan inspirasi sepertinya terlambat. Tidak adanya determinasi dalam diri Gerrard yang terlihat dari raut mukanya ketika turun pertandingan akibat dari pilihan Benitez sebagai cadangan, menjadikan Liverpool tidak bisa mengembangkan pertandingan dengan baik. Usaha Gerrard dan Kewel seakan berhadapan dengan tembok keras dan kuat dalam diri penampilan cemerlang kiper pinjaman Steele yang berhasil menahan semua usaha pemain Liverpool untuk menambah gol dan hadangan pemain Barnsley yang menumpuk para pemainya di kotak penalti.


Ketika tambahan waktu dimainkan, disaat pendukung Barnsley gembira karena bisa membawa pertandingan babak lima Piala FA dimainkan kembali dikandang mereka, Liverpool kehilangan konsentrasi. Di awali gerakan berbahaya yang hampir dihukum penalti namun wasit tidak memberikannya, mental Liverpool sudah habis. Usaha Liverpool untuk memenangkan pertandingan dihalangi oleh terlalu percaya diri yang tinggi dan mengangap bahwa pertandingan usai sebelum wasit meniup peluit panjang.


Harewood, kapten Barnsley yang berhasil menguasai bola dari lapangan tengah berhasil mencetak gol kemenangan dengan sebuah tendangan manis, tatkala bek Liverpool tidak bermain setangguh lawannya dan pemain tengah Liverpool enggan berlali untuk menjaganya. Sekali lagi Itandje hanya bisa menyentuh bola sebelum Liverpool tersingkir dari Piala FA dan membuat dirinya tidak akan bisa menyentuh lapangan hijau karena hanya sebagai kiper cadangan untuk pertandingan Liverpool berikutnya.


Tidak bisa dipercaya.Namun itulah kenyataannya, Liverpool tersingkir oleh Barnsley di Piala FA. Sebuah kejutan yang menyesakan dan sebetulnya bisa terjadi sebelumnya apabila Liverpool bertemu tim tangguh dibabak sebelumnya. Betapa tidak, Liverpool harus bermain dua kali dengan Luton dan hampir kalah dengan tim amatir dibabak empat. Cerita manis menjadi juara Piala FA tahun 2006 seakan sirna tatkala peluit panjang berbunyi. Usai unggul 1-0 babak pertama, Liverpool harus tertunduk diakhir pertandingan dengan meratapi nasib yang terasa sangat perih.


Hanya satu hal yang bisa menghapus duka yang mendalam ini, Liverpool kembali bermain baik dengan menjadikan kekalahan ini sebagai sebuah pelajaran berharga. Liverpool kembali meraih kemenangan di Liga Champions dengan Inter Milan yang pulang dengan kemenangan 2-0 dipertandingan yang dilihat hasil akhirnya di Trans7.Menangislah engkau Liverpool dan sadarlah engkau Benitez. Rotasi pemain yang dijalankan benar-benar membuat Liverpool tidak bisa tampil utuh sebagai satu tim.


Heri Suherman,