Wednesday 5 August 2009

The one and only Chavvy Alonso

"There was a real suspense surrounding my penalty - it was like something out of a Hitchcock movie!"
Xabi Alonso on the penalty he missed to bring Liverpool level, only to net the rebound in Istanbul




Dalam sepakbola profesional yang diliputi hukum penawaran dan permintaan, kepergian seorang pemain dalam bentuk transfer adalah hal yang sangat lumrah. Dengan dalih apapun, apakah itu trigernya dari dalam atau dari luar, seorang pemain akan melenggang untuk berganti kostum dan melanjutkan karirnya di stadion lain. Kejadian itu kini menimpa pada seorang Xavi Alonso, seorang pemain tengah Liverpool yang sangat dicintai Liverpudlian dengan kemampuan passingnya, sehingga berhasil membawa kembali Liverpool ke era 'pass and move' dan juga tendangan jarak jauhnya.

Dengan lolosnya dia dari medical check up maka berakhir pula kisah kasih selama lma tahun pemain dengan nomor punggung 14 itu di Liverpool. Dia melanjutkan karir di usia emasnya ke Real Madrid, klub yang nyaris membawanya lima tahun yang lalu dari Real Sociedad dengan transfer fee sekitar 30 juta pounds dan tambahan 5 juta pounds apabila dia bermain baik dan Real Madrid berprestasi. Dengan sejumlah uang itu, Rafa menempatkan dirinya dalam pemain termahal yang dijual Liverpool dan surplus sekitar 20 juta pounds dari pembeliannya dan bahkan lebih baik 12 juta pounds apabila tahun lalu dia jadi ke Juventus. Namun apalah artinya uang, seorang pemain tidak bisa dibeli.



Menilik perjalanan seorang Chavvy, begitu nama depannya seharusnya disebutkan, bukan Zaby seperti orang Inggris melafalkannya, maka kita melihat sebuah perjalanan seorang pass master yang terlahir dari keluarga sepakbola dimana Ayahnya,Periko adalah pemain Spanyol di Piala dunia 1982 dan Kakaknya-Mikel yang terpaut 18 bulan adalah pemain Bolton. Ketika setiap orang diSpanyol ingin menjadi striker keduanya berlatih untuk menjadi pemain tengah. Adalah Legenda Liverpool, John Toshack yang menjadi manajer baru Sociedad memanggil Alonso dari masa peminjamannya di Eibar pada bulan Januari 2001, untuk menjadikannya kapten di usia 19 tahun dan membantu Sociedad bertahan di La Liga usai setengan musim terjerembab diposisi bontot klasemen. Karir gemilang itu dia teruskan hingga timnas Spanyol memintanya untuk bermain di Pial Eropa tahun 2004, yang meyakinkan Rafa untuk membawanya ke Liverpool.



Selama lima tahun dia bermain dalam 21o pertandingan dan mencetak 19 gol, Alonso akan sangat dikenang oleh pecinta Liverpool. Debutnya berbuah manis dengan gelar Liga Champions saat Liverpool yang tertinggal 0-3 berhasil menyamakan kedudukan dimana gol ketiga terjadi dari rebound penalti yang diambil secara dingin olehnya. Dua gol lainnya adalah gol hole in one yang terjadi dari tendangan jarak jauh setengah lapang. Satu gol saat Liverpool menyingkirkan Luton 5-3 pada bulan January 2006 di Piala FA yang tahun itu dimenangkan Liverpool dan gol kegawang Newcastle pada bulan September 2006. Gol ke gawang Luton itu juga menyebabkan seseorang kaya mendadak saat taruhan
125-1 dipegang Adrian Hayward dimana Alonso berhasil mencetak gol setengah lapang. Sejak saat itu, setiap dia memengang bola maka di Anfield akan selalu berteriak 'shoot'. Hal sama yang dilakukan pendukung Liverpool saat dia bermain di Singapura.



Usai selama dua tahun pertama dia membawa Liverpool meraih gelar juara Liga Champions dan Piala FA, tahun ketiga dia juga jalani dengan baik dalam 51 pertandingan. Namun di tahun keempatnya dia berada dalam titik bawah saat hanya bermain dalam 27 pertandingan karena cedera dan pola Liverpool yang kurang mendukungnya. Akhir musim itu juga yang menjadikan dirinya sempat akan dijual ke Juventus agar Liverpool dapat memboyong Gareth Barry dari Aston Villa. Namun Barry tak kunjung datang dan Alonso menampilkan dirinya dalam sebuah performa luar biasa dalam 47 pertandingan musim 2008. Musim dimana dia tampil sebagai pemain profesional sejati tanpa ada perbincangan dengan Rafa. Konflik inilah yang menjadikan dirinya ingin hengkang dari Liverpool meskipun Rafa sangat ingin menahannya hingga menyelesaikan kontrak tiga tahun mendatang.


Madrid yang terlambat lima tahun, menyambut gayung yang dibuat Alonso dengan memintanya dimasukan dalam transfer list. Perundingan alot dengan mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan Liverpool kepada Sociedad apabila dia dijual ke sesama tim Spanyol sebelum 19 Juli 2009, menjadikannya saga transfer. Meski dia ikut dalam pertandingan persahabatan Liverpool ke Asia dan melawan Espanyol namun hatinya sudah tidak di Anfield. Rafa dengan peran lebihnya sekarang tentu tak ingin Liverpool kehilangan asetnya dengan harga yang murah. Liverpool tak mau kejadian Macca dan Dudek yang free transfer dan Owen yang dilepas hanya dengan 8,5 juta pounds terjadi pada Alonso. Sebuah harga yang pantas yang menjadikannya sebagai pemain termahal agar Liverpool dapat mencari penggantinya yang sepadan. Bye Alonso. Wish you luck in Madrid.

"I don't remember a former youth team player causing such an impact at the club. Everyone seems to play better when he is on the pitch and there is no doubt that he is going to be a very important player for Real Sociedad."
John Toshack was Real Sociedad's coach when Alonso made his Sociedad debut

source :http://www.lfchistory.net

No comments:

Post a Comment