Thursday, 31 December 2009

It's New Hope



Tahun 2009 sudah berlalu dihadapan kita dengan datangnya matahari pagi di 2010. Ternyata berhasil juga dilewati satu tahun tanpa kalender dan kalender 2010 Liverpool versi BOLA yang dibeli beberapa minggu berikutnya siap untuk dipajang. Seperti biasa, 12 bulan dengan gambar pemain Liverpool tiap bulannya termasuk Rafa dibulan terakhir.

Harus diakui, tahun ini adalah roller coaster dimana kita masuki awal tahun sebagai juara paruh musim namun gagal bersaing diakhir musim sehingga mu berhasil menyamai rekor 18 gelar juara Liga. Pertengahan tahun sebagai persiapan memasuki musim baru sepertinya kita jalani dengan sedikit suka cita dengan pertemuan ditanah Singa Mancur. Rasa tidak percaya meliputi saat Liverpool bermain didepan mata sendiri. Dan memasuki musim baru ini, hingga pertengahan, kita berada diposisi tujuh. Terpaut dua belas angka dengan pemegang tampuk klasemen.



Kain putih memang tidak serta merta dihempaskan karena secara peluang, Liverpool masih berkesempatan untuk berpindah posisi diakhir, namun Expektasinya sangat kecil. Target sebagai juara dirubah secara realistis menjadi paling tidak urutan ke empat sebagai tempat terakhir peserta Liga Champions tahun depan. Jujur, harapan ini sepertinya sangat tidak memuaskan. Karena dengan apa yang kita miliki saat ini, kita seharusnya bisa lebih baik.

Dengan berada ditempat ketujuh, artinya selain bersaing dengan tiga tim diatasnya, Liverpool juga bertanding dengan dirinya sendiri, karena setiap tim itu terjatuh, Liverpool tidak boleh ikut terjatuh. Dengan pengalaman dan skuad yang ada, sepertinya kita bisa meraih tempat itu. Lawan terberat akan datang dari City, dengan pelatih baru yang lebih mengenal dunia sepakbola kepelatihan dengan baik dibanding pendahulunya dengan menjuarai Liga Italia dalam tiga tahun berturut - Roberto Mancini. Juga dengan dukungan finansial yang tak berujung, Man City akan sangat berambisi meraih tempat itu.


Musim 2009-2010, mungkin bukan milik kita. Milik siapapun itu, mu melampaui raihan gelar, Arsenal menambah gelarnya atau Chelsea yang selalu juara tatkala pelatihnya datang, Liverpool harus segera berbenah jika tidak mau kejadian ini terulang. Rafa masih yang terbaik, meski rasa tidak percaya padanya hinggap saat Liverpool diterjang badai besar. Fondasi yang diterapkan selama lima tahun terakhir masih bisa dilanjutkan. So, mari kita songsong tahun baru ini dengan harapan baru.

Sunday, 27 December 2009

You'll Never Walk Alone : 10th BigReds

Anfield 28 December 1999, Liverpool harus berjuang ditengah hujan melawan Wimbledon dalam pertandingan terakhir ditahun 90an. Dengan menampilkan Gerrard dan Carragher dilini tengah, Liverpool berusaha menembus alotnya pertahanan Wimbledon. Hingga babak pertama berakhir skor masih kacamata. Kebuntuan ahirnya lepas, usai Owen berhasil memanfaatkan umpan Murphy pada menit 58. Liverpool pun bersorak, terlebih dengan masuknya Robbie Fowler dua menit kemudian. Namun kegembiraan itu tidak berlangsung lama karena Wimbledon menyamakan kedudukan pada menit 63. Liverpool tersengat dan terus menekan. Berger mencetak gol lewat tendangan bebas limat menit kemudian dan ditutup oleh Fowler untuk mencatatkan gol ke 150nya dari 260 pertandingan bersama Liverpool. Simerah pun unggul 3-1, untuk mempertegas posisinya di zona Liga Champions.

Bandung, hari yang sama, sekumpulan penggemar Liverpool memutuskan untuk membuat sebuah klub yang bernama BigReds. Klub yang bermaksud untuk menyatukan semua penggemar Liverpool di Indonesia dalam sebuah wadah nyata setelah perkumpulan di dunia maya lebih dahulu terbentuk lewat milist. Dengan konsep 'Reds all over the land', dimulailah perjalanan BigReds dengan penekanan pada meratanya informasi tentang Liverpool ke seluruh Indonesia dengan dibuatnya buletin bulanan dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk bergabung dengan iuran anggota yang murah.



Kini- sepuluh tahun kemudian, disaat Liverpool kembali ke titik nadir saat harus terlempar dari Liga Champions dan berada diurutan tujuh klasemen sementara, BigReds merayakan satu dasawarsa perjalanannya. Perjalanan yang tidak mudah seperti hidup yang naik dan turun.

Selama itu, Liverpool belum sekalipun mencatatkan kembali sebagai juara Liga, meski gelar-gelar yang lain direbutnya hingga prestasi tertinggi di Eropa lewat Liga Champions ditahun 2005. Kerinduan terbesar itu hampir diraih musim lalu saat Liverpool menjejakkan diri diperingkat dua. Musim ini, sepertinya menjadi musim terburuk Liverpool dengan berbagai catatan buruk dan hanya berusaha untuk meraih tempat ke empat sebagai peserta terakhir Liga Champions musim depan. Sedih.

Meski demikian, harapan itu akan selalu ada. Seperti semboyan Liverpool, With Hope in our heart, Kita senantiasa berharap bahwa Liverpool akan segera bangkit. Tertinggal 12 angka dari Chelsea memang berat, tapi jika saja Liverpool kembali menampilan permainan baiknya, dengan pass and move, semua catatan buruk itu akan hilang. Dan dengan usia satu dekade ini, BigReds makin mengukuhkan diri untuk menjadi sebuah keluarga besar, tempat bernaungnya para pecinta Liverpool didalamnya sehingga semboyan You'll never walk alone, bukan hanya sekedar semboyan. Happy anniversary BigReds.