Tahun 2009 sudah berlalu dihadapan kita dengan datangnya matahari pagi di 2010. Ternyata berhasil juga dilewati satu tahun tanpa kalender dan kalender 2010 Liverpool versi BOLA yang dibeli beberapa minggu berikutnya siap untuk dipajang. Seperti biasa, 12 bulan dengan gambar pemain Liverpool tiap bulannya termasuk Rafa dibulan terakhir.
Harus diakui, tahun ini adalah roller coaster dimana kita masuki awal tahun sebagai juara paruh musim namun gagal bersaing diakhir musim sehingga mu berhasil menyamai rekor 18 gelar juara Liga. Pertengahan tahun sebagai persiapan memasuki musim baru sepertinya kita jalani dengan sedikit suka cita dengan pertemuan ditanah Singa Mancur. Rasa tidak percaya meliputi saat Liverpool bermain didepan mata sendiri. Dan memasuki musim baru ini, hingga pertengahan, kita berada diposisi tujuh. Terpaut dua belas angka dengan pemegang tampuk klasemen.
Kain putih memang tidak serta merta dihempaskan karena secara peluang, Liverpool masih berkesempatan untuk berpindah posisi diakhir, namun Expektasinya sangat kecil. Target sebagai juara dirubah secara realistis menjadi paling tidak urutan ke empat sebagai tempat terakhir peserta Liga Champions tahun depan. Jujur, harapan ini sepertinya sangat tidak memuaskan. Karena dengan apa yang kita miliki saat ini, kita seharusnya bisa lebih baik.
Dengan berada ditempat ketujuh, artinya selain bersaing dengan tiga tim diatasnya, Liverpool juga bertanding dengan dirinya sendiri, karena setiap tim itu terjatuh, Liverpool tidak boleh ikut terjatuh. Dengan pengalaman dan skuad yang ada, sepertinya kita bisa meraih tempat itu. Lawan terberat akan datang dari City, dengan pelatih baru yang lebih mengenal dunia sepakbola kepelatihan dengan baik dibanding pendahulunya dengan menjuarai Liga Italia dalam tiga tahun berturut - Roberto Mancini. Juga dengan dukungan finansial yang tak berujung, Man City akan sangat berambisi meraih tempat itu.
Musim 2009-2010, mungkin bukan milik kita. Milik siapapun itu, mu melampaui raihan gelar, Arsenal menambah gelarnya atau Chelsea yang selalu juara tatkala pelatihnya datang, Liverpool harus segera berbenah jika tidak mau kejadian ini terulang. Rafa masih yang terbaik, meski rasa tidak percaya padanya hinggap saat Liverpool diterjang badai besar. Fondasi yang diterapkan selama lima tahun terakhir masih bisa dilanjutkan. So, mari kita songsong tahun baru ini dengan harapan baru.
Harus diakui, tahun ini adalah roller coaster dimana kita masuki awal tahun sebagai juara paruh musim namun gagal bersaing diakhir musim sehingga mu berhasil menyamai rekor 18 gelar juara Liga. Pertengahan tahun sebagai persiapan memasuki musim baru sepertinya kita jalani dengan sedikit suka cita dengan pertemuan ditanah Singa Mancur. Rasa tidak percaya meliputi saat Liverpool bermain didepan mata sendiri. Dan memasuki musim baru ini, hingga pertengahan, kita berada diposisi tujuh. Terpaut dua belas angka dengan pemegang tampuk klasemen.
Kain putih memang tidak serta merta dihempaskan karena secara peluang, Liverpool masih berkesempatan untuk berpindah posisi diakhir, namun Expektasinya sangat kecil. Target sebagai juara dirubah secara realistis menjadi paling tidak urutan ke empat sebagai tempat terakhir peserta Liga Champions tahun depan. Jujur, harapan ini sepertinya sangat tidak memuaskan. Karena dengan apa yang kita miliki saat ini, kita seharusnya bisa lebih baik.
Dengan berada ditempat ketujuh, artinya selain bersaing dengan tiga tim diatasnya, Liverpool juga bertanding dengan dirinya sendiri, karena setiap tim itu terjatuh, Liverpool tidak boleh ikut terjatuh. Dengan pengalaman dan skuad yang ada, sepertinya kita bisa meraih tempat itu. Lawan terberat akan datang dari City, dengan pelatih baru yang lebih mengenal dunia sepakbola kepelatihan dengan baik dibanding pendahulunya dengan menjuarai Liga Italia dalam tiga tahun berturut - Roberto Mancini. Juga dengan dukungan finansial yang tak berujung, Man City akan sangat berambisi meraih tempat itu.
Musim 2009-2010, mungkin bukan milik kita. Milik siapapun itu, mu melampaui raihan gelar, Arsenal menambah gelarnya atau Chelsea yang selalu juara tatkala pelatihnya datang, Liverpool harus segera berbenah jika tidak mau kejadian ini terulang. Rafa masih yang terbaik, meski rasa tidak percaya padanya hinggap saat Liverpool diterjang badai besar. Fondasi yang diterapkan selama lima tahun terakhir masih bisa dilanjutkan. So, mari kita songsong tahun baru ini dengan harapan baru.